SMA PLUS PGRI CIBINONG

SMA PLUS PGRI CIBINONG

SMA PLUS PGRI CIBINONG

SMU PGRI Cibinong berdiri atau mulai menerima siswa baru pada tahun pelajaran 1978/1979 atas instruksi Kepala Kantor Depdikbud Kabupaten Bogor (Drs. E. Djarkasih), untuk menampung lulusan SMP yang tidak tertampung oleh SMA Negeri Cibinong. Kegiatan belajar mengajar (KBM) menggunakan ruang kelas milik SMA Negeri Cibinong termasuk guru-gurunya. Jumlah siswa angkatan pertama adalah 35 orang, sebagai pejabat kepala sekolah di tunjuk Drs. E. Sanusi Pr (Alm) yang ketika itu sebagai wakil kepala sekolah SMA Negeri Cibinong, dan berakhir tanggal 31 Desember 1980. Pada tanggal 20 Desember 1980 Mendapat pengesahan pengurus Yayasan Persekolahan PGRI Daerah V Jawa Barat, dengan Surat Keputusan No. 052/YP-PGRI/V/Kpt/1980. Sedangkan izin pendidikan dari Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat pada tanggal 22 Februari 1982 dengan Surat Keputusan No. 4/I02/Kep/E.82. Sebagai kepala sekolah kedua diangkat Sri Yosep Suwitahantoro, BA pada tanggal 1 Januari 1981, kemudian bersangkutan mengundurkan diri pada tanggal 15 Oktober 1982 dan pada tanggal 01 Februari 1983 Basyarudin Thayib, BA selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Keuangan di angkat sebagai Kepala Sekolah yang ketiga, sampai sekarang. Langkah pertama adalah mencanangkan Program Jangka Panjang 25 tahun dengan Visi SMU PGRI Cibinong sebagai salah satu SMU Swasta terkemuka di Jawa Barat. Pada tahun 2002/2003 tanggal 11 Desember 2003 diresmikan sebagai SMA Plus PGRI Cibinong oleh Bapak Prof. Dr. H. Iim Wasliman, M.Pd, M.Si Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Minggu, 14 Februari 2016

Tumbuhan Langka

by Unknown  |  at  20.25


Create by : Ary Fitryana



Bunga Bangkai (rafflesia arnoldi)
Ditemukan oleh rombongan Sir
Stamfort (gubernur East Indi
Company di Sumatera dan Jawa) dan
Dr. Joseph Arnord, seorang
naturalis yang mengadakan ekspedisi
di Bengkulu pada tanggal 20 Mei
1818. Kedua nama tersebut
diabadikan menjadi nama latin
bungan ini oleh Robert Brown.
Indonesia dilimpahi dengan kekayaan
hayati yang tiada taranya. Hutan
yang terbentang di belasan ribu
pulau mengandung berbagai jenis
flora dan fauna, yang kadang tidak
dapat dijumpai di bagian bumi lainnya
dan merupakan salah satu negara
Mega Biodiversity (kekayaan akan
keanekaragaman hayati ekosistem,
sumberdaya genetika, dan spesies
yang sangat berlimpah). Tidak
kurang dari 47 jenis ekosistem alam
yang khas sampai jumlah spesies
tumbuhan berbunga yang sudah
diketahui, sebanyak 11 % atau
sekitar 30.000 jenis dari seluruh
tumbuhan berbunga di dunia.
Sayangnya, banyak jenis tumbuhan
tertentu, mengalami kepunahan.
Sampai saat ini, Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor-
Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) serta tiga
cabangnya (Kebun Raya
Cibodas,Purwodadi, dan Bedugul Bali)
baru mengoleksi 20 % total jenis
tumbuhan yang ada di Indonesia.
Koleksi anggrek kurang dari 5 %
yang ada di Kawasan Timur
Indonesia. Untuk jenis durian saja,
Indonesia memiliki puluhan jenis,
talas ada 700-an jenis, yang
semuanya sangat potensial untuk
dikembangkan. Menurut data base
yang ada, terdapat 2 juta spesies
tumbuhan di dunia dan 60%nya ada di
Indonesia. Pemerintah kini terus
berupaya untuk menyelamatkan
berbagai kekayaan Sumbar Daya Alam
berupa tumbuhan langka yang
bermanfaat bagi manusia melalui
usaha memperbanyak kebun raya,
taman nasional, cagar alam dan
daerah-daerah konservasi di
seluruh Indonesia.
Tidak bisa dibayangkan banyaknya
jenis tumbuh-tumbuhan atau flora
di dunia ini. Sampai saat inipun
banyak kalangan ilmuwan yang
berpendapat bahwa belum semua
jenis flora yang ada di bumi telah
dikenali.
Seperti halnya hewan, jenis-jenis
flora sangat ditentukan oleh
lingkungan spesifiknya yang disebut
juga sebagai habitat. Dengan
bantuan manusia, beberapa diantara
tumbuh-tumbuhan ini tersebar luas
ke berbagai belahan bumi, sehingga
ada jenis yang bisa ditemui di
banyak negara, dan adapula yang
hanya dapat ditemui di habitat
asalnya.
Kerusakan lingkungan yang terjadi
telah menghancurkan banyak
habitat-habitat tumbuhan yang
menyebabkan punahnya jenis-jenis
tumbuhan tertentu, sehingga turut
mempengaruhi kehidupan hewan dan
penduduk yang tinggal diatasnya.
Anggrek Pensil (Vanda Hookeriana)
Angger pensil (Vanda hookeriana)
asal Sumatra adalah jenis anggrek
yang langka. Anggrek yang banyak
diminati para pencinta bunga itu
hidup menumpang pada bunga bakung
(Crinum asiaticum). Langkanya
anggrek ini, dikarenakan habitat
anggrek yang ada di Cagar Alam
Dusun Besar (CADB), Bengkulu sudah
rusak oleh tangan manusia.
Kerusakan tersebut juga
menyebabkan bunga bakung mati.
Untuk mencegah kepunahan anggrek
pensil, Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) Bengkulu telah
mencoba mengembangbiakkan
anggrek ini. Uji coba
pengembangbiakan anggrek langka
itu di Danau Dendam Tak Sudah
(DDTS), Bengkulu. Pada Februari
2005 ditanam sebanyak 20 batang,
dan April 2006 sebanyak 7 batang.
Ternyata anggrek tersebut dapat
tumbuh subur di DDTS.
Pada bulan Juni ini BKSDA akan
menanam kembali 20 batang anggrek
hasil penangkaran yang dilakukan
oleh BKSDA. Demikian dikatakan
Kepala BKSDA Bengkulu, Yohanes
Sudarto, Rabu (6/6).
Anggrek pensil memiliki keindahan
yang khas. Kesegaran bunga ini
dapat mencapai 22 hari. Pada tahun
1882 anggrek ini dinobatkan sebagai
“Ratu Anggrek” dan mendapat
hadiah “First Class Certificate” dari
pemerintah Inggris.
Kata sulitHabitat: tempat tinggal
khas untuk hewan dan
tumbuhan.Penangkaran: usaha
pengembangbiakan hewan atau
tumbuhan. Bunga Edelweis Anaphalis Javanica
Edelweis Anaphalis Javanica adalah
tumbuhan gunung yang terkenal,
tumbuhan ini dapat mencapai
ketinggian 8 m dan memiliki batang
sebesar kaki manusia, tetapi
tumbuhan yang cantik ini sekarang
sangat langka.
Edelweis merupakan tumbuhan
pelopor bagi tanah vulkanik muda di
hutan pegunungan dan mampu
mempertahankan kelangsungan
hidupnya di atas tanah yang tandus,
karena mampu membentuk mikoriza
dengan jamur tanah tertentu yang
secara efektif memperluas kawasan
yang dijangkau oleh akar-akarnya
dan meningkatkan efisiensi dalam
mencari zat hara. Bunga-bunganya
sangat disukai oleh serangga, lebih
dari 300 jenis serangga seperti
kutu, tirip, kupu-kupu, lalat,
tabuhan dan lebah terlihat
mengunjunginya.
Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya
dibiarkan tumbuh cukup kokoh,
edelweis dapat menjadi tempat
bersarang bagi burung tiung batu
licik Myophonus glaucinus. Bagian-
bagian edelweis sering dipetik dan
dibawa turun dari gunung untuk
alasan-alasan estetis dan spiritual,
atau sekedar kenang-kenangan oleh
para pendaki. Pada bulan Februari
hingga Oktober 1988, terdapat 636
batang yang tercatat telah diambil
dari Gunung Gede-Pangrango. Dalam
batas tertentu dan sepanjang hanya
potongan-potongan kecil yang
dipetik, tekanan ini dapat dihadapi.
Sayangnya keserakahan serta
harapan-harapan yang salah telah
mengorbankan banyak populasi,
terutama populasi yang terletak di
jalan-jalan setapak. Penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa
edelweis dapat diperbanyak dengan
mudah melalui pemotongan cabang-
cabangnya. Oleh karena itu
potongan-potongan itu mungkin
dapat dijual kepada pengunjung
untuk mengurangi tekanan terhadap
populasi liar.

0 komentar:

Proudly Powered by Blogger.